Puisi-puisi Apito Lahire

D E W A S A


umur ngukur
puncak bakti
pastikan
jantungmu masuk ke surau
di mana tuhan
ada sendiri

1993


TARIAN TRADISI

tradisi menari di atas panggung peradaban
wajahnya mengandung dendam
ia mulai menggerakan mata masalalunya
ketika sebuah tepukan memanggilnya
dengan marah ia guncangkan suara
merdu mitos
yang telah diajarkan leluhurnya
dari puncak-puncak pengeetahuan burung ajaib
yang pernah ia pelihara dalam sangkar sunyinya


tradisi meliuk dalam berita duka
memeluk, mengejar larinya anak global
dari saku sejarah yang pernah merampas
satu bab petualangannya
dari buku  bernama manusia
ia mengejar deret usia tapi ia tertinggal
karena jaring  takdir yang telah menjeratnya
dan membunuhnya dalam satu uapacara
perpisahan yang aneh dan membakar
tariannya

1997


PEREMPUAN PENCIUM CANDI

namaku isah, orang desa, tugasku
mencium candi
mulai pagi sampai dewa-sewa mlam membunyikan kentongan


mencium candi bukanlah pekerjaan
menjijikan tapi pekerjaan terhormat
warisan kebudayaan manusia yang eramat
seperti ikhlasnya  air liurku mengusap
debu-debu
di atas wajah dan hati candi
kepala  perasaan arca
surat dan sirat relief sidahrta
yang diam tapi mengandung tenangnya kebijaksanaan budha


namaku isah, orang desa
tugasku mencium candi
memeluknya sampai malam
mengusung percintaan kami
ke mimbar langit

1997


SAJAK STUPA DALAM WANGIAN DUPA

stupa candi di tengah malam
dengan sebyah jeritan
mirip kenangannya
berdiri menghilang
kebekuannya
ketika sebuah suara yang pernah di dengarnya
mengaduk matabatunya


dalam wangian dupa yang aneh seorang kakek
dari dunia yang gaduh merangkak
ke bibir stupa
ia mengunci mulutnya ketika seekor lalat
mencoba mencium matanya
lalat itu pergi sambil bergumam,
"alangkah kuat tradisi mengunci mulut di sini"


kakek yang selamat
dari pembunuhan lalt itu
dan dewa terpaksa turun ke candi,
"demi harmoni candi",katanya


1997

Tidak ada komentar: