apito lahire
CINTA YANG ANEH
sudah larut kata setangkai kata bunga bukan kamboja
bangkai kursi roda menekuknya
berpuluh tahun
"aku ini wangi hanya wanita terpilih yang bisa paham batas cinta
dan keisengan"
hartaku kembang
hartaku danyang-danyang setia
setia dan setia
kalau aku mati
tak ada yang menyesali
kematian ini bagiku tak ada
hanya selisik sebentar menggali dada
apa urusanmu
apa hakmu
membaca derita di di di tenda-tenda pengungsian
genang banjir
terkenang sindir pandir
yang kikir
ingat aku tajir
lebih miskin dari gelandangan
tapi lebih kaya dari penyair
pereguk kata pahit
kopi kental
sudahlah
jangan bertanya kenapa
dan kenapa dia menciptaku begini
"laba-laba bersarang besi"
aku terjebak takdir kekal
melompat hebat
ke akhirat
di sana menunggu
kapling mewah surga untukku
2008
Puisi-puisi Apito Lahire
D E W A S A umur ngukur puncak bakti pastikan jantungmu masuk ke surau di mana tuhan ada sendiri 1993 TARIAN TRADISI tradisi menari di atas panggung peradaban wajahnya mengandung dendam ia mulai menggerakan mata masalalunya ketika sebuah tepukan memanggilnya dengan marah ia guncangkan suara merdu mitos yang telah diajarkan leluhurnya dari puncak-puncak pengeetahuan burung ajaib yang pernah ia pelihara dalam sangkar sunyinya tradisi meliuk dalam berita duka memeluk, mengejar larinya anak global dari saku sejarah yang pernah merampas satu bab petualangannya dari buku bernama manusia ia mengejar deret usia tapi ia tertinggal karena jaring takdir yang telah menjeratnya dan membunuhnya dalam satu uapacara perpisahan yang aneh dan membakar tariannya 1997 PEREMPUAN PENCIUM CANDI namaku isah, orang desa, tugasku mencium candi mulai pagi sampai dewa-sewa mlam membunyikan kentongan mencium candi bukanlah pekerjaan menjijikan tapi pekerjaan terhormat warisan kebudayaan manusia yang eramat seperti ikhlasnya air liurku mengusap debu-debu di atas wajah dan hati candi kepala perasaan arca surat dan sirat relief sidahrta yang diam tapi mengandung tenangnya kebijaksanaan budha namaku isah, orang desa tugasku mencium candi memeluknya sampai malam mengusung percintaan kami ke mimbar langit 1997 SAJAK STUPA DALAM WANGIAN DUPA stupa candi di tengah malam dengan sebyah jeritan mirip kenangannya berdiri menghilang kebekuannya ketika sebuah suara yang pernah di dengarnya mengaduk matabatunya dalam wangian dupa yang aneh seorang kakek dari dunia yang gaduh merangkak ke bibir stupa ia mengunci mulutnya ketika seekor lalat mencoba mencium matanya lalat itu pergi sambil bergumam, "alangkah kuat tradisi mengunci mulut di sini" kakek yang selamat dari pembunuhan lalt itu dan dewa terpaksa turun ke candi, "demi harmoni candi",katanya 1997 |
Langganan:
Postingan (Atom)